·CGP memahami keterkaitan konsep budaya positif dengan materi
pada modul 1.1, 1.2 dan 1.3
·CGP dapat menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif,
konkret, dan
realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah
Buatlah sebuah kesimpulan mengenai mengenai peran Anda
dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep
inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol
restitusi, keyakinan kelas, restitusi, segitiga restitusi dan keterkaitannya
dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional KHD, Nilai dan
Peran Guru Penggerak, dan Visi Guru Penggerak.
Keseluruhan isi Koneksi antar materi Modul 1.4 mengenai Budaya Positif, dapat dilihat pada video berikut ini:
“Mengimbaskan mengenai penanaman dan pembiasaan Budaya Positif dengan Kesepakatan Kelas dan Sigitiga Restitusi dalam Proses pembelajaran kepada warga SMPN 14 Palembang”
A. LATAR BELAKANG
Budaya Positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki karakter kuat, sesuai profil pelajar pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan di Indonesia. Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Langkah Langkah yang bisa Kita lakukan untuk membiasakan budaya positif adalah dengan,mendiskusikan keyakinan sekolah dan keyakinan kelas serta menerapkan proses segitiga restitusi. Dengan mengikuti langkan Langkah restitusi guru bisa membimbing siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, meyadari kesalahan dan mencari sendiri solusi yang nyaman
B. Tujuan Aksi Nyata:
Melaksanakan sosialisasi mengenai budaya positif, perubahan paradigma belajar, disiplin positif, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi agar dapat :Mewujudkan visi sekolah melalui penerapan budaya positif. Terbentuknya karakter disiplin yang kuat.
Menumbuhkan dan membiasakan budaya positif dengan keyakinan Kelas, menguatkan peran sebagai guru penggerak melalui Aksi Nyata segitiga restitusi dan posisi control sebagai manajer.
C. Dukungan Yang diperlukan :
· Dari Kepala Sekolah
· Rekan guru
· Warga Sekolah
· Seluruh Murid SMPN 14 Palembang
D. TOLAK UKUR
· Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol kegiatan agar tetap tearah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut :
· Terbentuknya keyakinan kelas sebagai pedoman dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas. Keyakinan kelas ini dibentuk atas kesepakatan peserta didik bersama walikelas. Peserta didik dan walikelas harus selalu konsisten dalam menjalankan keyakinan kelas. Mengaplikasikan proses segitiga restitusi dalam membantu siswa dengan posisi kontrol sebagai manajer.
E. LINIMASA YANG DILAKUKAN
· Membuat perencanaan aksi nyata lalu berkomunikasi dengan kepala sekolah mengenai hal tersebut.
· Melakukan perbaikan perencanaan jika diperlukan sebagai hasil konsultasi dengan kepala sekolah.
· Mengimbaskan mengenai materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada walikelas dan rekan sejawat.
· Melakukan kolaborasi dan sharing dengan walikelas dan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.
· Melakukan pengimbasan mengenai segitiga restitusi yang telah dipraktikan dengan murid
· Menerapkan Disiplin Positif di sekolah.
· Mengevaluasi dan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah.
· Mendokumentasikan Setiap Kegiatan.
· Melaporkan hasil kegiatan tindakan aksi nyata kepada kepala sekolah dalam bentuk video.
F. HASIL AKSI NYATA
Pelaksanaan aksi nyata ini mendapatkan hasil yang sangat baik, dan sangat bermanfaat terutama bagi CGP sendiri dan rekan guru. Terlihat Rekan guru sangat antusias mengikuti sosialisasi yang menurut mereka sangat relevan dengan tugas sebagai seorang pendidik.
Begitu juga halnya Dengan terbentuknya keyakinan kelas, murid merasa bertanggung jawab untuk menjalankan keyakinan kelas tersebut, sehingga terciptanya budaya positif. Dengan menjalankan segitiga restitusi murid menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kesalahannya dan dapat mencari solusi sendiri untuk mengatasi kesalahannya tersebut
G. Keberhasilan dan Kegagalan yang terjadi:
Keberhasilan yang terjadi:
keberhasilan yang diperoleh yaitu terbentuknya keyakinan kelas, Segi tiga restitusitelah dilakukan pada beberapa kasus dan sosialisasi pada rekan sejawat telah dilakukan
Kegagalan yang terjadi :Masih adanya siswa yang belum faham akan pelaksanaan keyakinan kelas sepenuhnya sehingga masih sulit untuk melakukan segitiga restitusi.
Kegiatan sosialisasi tidak bisa dilakukan kepada seluruh rekan guru dikarenakan banyaknya rekan guru yang memiliki kesibukan yang berbeda.
Untuk kegagalan yang masih ada saya akan terus bersemangat memperbaikinya dan mengimbaskan budaya positif ini serta akan selalu mencoba menerapkannya di sekolah.
Hasil Aksi Nyata tersebut saya Unggah dalam video ke YouTube Channel saya :
Segitiga restitusi adalah proses menciptakan
kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa
kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.
Terdapat tiga langkah dalam segitiga restitusi
yaitu :
1. Menstabilkan identitas
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk
mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan
menjadi orang yang sukses anak yang sedang mencari perhatian adalah anak yang
sedang mengalami kegagalan
2. validasi tindakan yang salah
Setiap tindakan kita dilakukan dengan
suatu tujuan yaitu memenuhi kebutuhan dasar, yaitu memenuhi kebutuhan dasar.
Kalau kita memahami kebutuhan dasar Apa yang mendasari sebuah tindakan, kita
akan bisa menemukan cara cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Menurut teori kontrol semua tindakan manusia baik atau buruk
pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu, seorang guru yang memahami
teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke
cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan
3. menanyakan keyakinan
Teori kontrol menyatakan
bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal ketika identitas sukses
telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi
(langkah 2) maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang
dia percaya dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan
Skenario Kasus 1
Pada jam pelajaran bahasa Inggris
untuk siswa kelas 8. Ibu Sri Maryati berkeliling mengecek kesiapan siswa ketika
setiap meja diperiksa, Ibu Sri Maryati melihat salah satu laci meja penuh
dengan sampah, yaitu meja Nabil. Kemudian sebagai guru yang sedang
mengajar pada saat itu Ibu Sri Maryati menetapkan praktik segitiga restitusi
untuk menyelesaikan kasus yang terjadi pada Nabil. Selanjutnya Ibu Sri Maryati
memanggil untuk menanyakan beberapa hal dengan tujuan adanya perubahan positif
pada Nabil sehingga nabil dapat selalu menjaga kebersihan lingkungannya
sesuai dengan kesepakan bersama.
Kasus 1
1. Menstabilkan identitas
(Di dalam kelas)
Pada pembelajaran Bahasa Inggris
kelas 8 di SMPN 14 Palembang. Guru menyapa siswa
Guru : Good morning everyone? How are you
doing today? Sebelum memulai pelajaran ibu akan mengecek persiapan kalian untuk
belajar.
Setelah itu guru memeriksa tiap laci meja
murid begitu juga dengan keadaan dibawah kursi apakah sudah bersih dan siap
untuk belajar. Setelah itu guru menemukan salah satu laci meja yang sangat
kotor penuh dengan sampah bekas makanan yaitu meja Nabil
Guru : Nabil kenapa laci meja kamu penuh
dengan sampah?
Nabil : Saya memang belum membuangnya bu.
Tadinya saya mau membuangnya setelah banyak bu. Biar sekalian.
Guru
: Nabil, Ibu mengerti bahwa nabil ingin membuang sampah jika sampahnya sudah
banyak biar sekalian. Tetapi dalam hal ini teman teman nabil merasa terganggu
dengan bau sampah atau semut serta hewan lain yang datang apabila sampahnya
terlalu lama disimpan
Nabil : iya ibu, maafkan
saya ya bu, Saya akan segera membuangnya bu. (mengumpulkan sampah lalu
membuangnya keluar ketempat sampah)
(Di ruang guru)
2. validasi tindakan yang
salah
Guru: Apakah Nabil tahu mengapa ibu memanggil Nabil ke sini?
Nabil: Saya tahu bu, karena saya telah melakukan kesalahan dengan
mengumpulkan sampah di laci meja dan tidak membuangnya ketempat sampah bu.
Guru
: Baik, Nabil pasti punya alasan mengapa jarang membuang sampah dan menunggu
sampahnya sampai banyak dulu baru dibuang?
Nabil
: Iya bu, alasan saya terkadang memang saya malas membuangnya dan merasa
kalau sampahnya saya kumpulkan dulu jadi tidak usah sering-sering keluar untuk
membuang sampah bu.(sambal menunduk merasa bersalah)
Guru
: Tetapi apakah Nabil tidak tahu bahwa sampah yang dikumpulkan akan
mendatangkan hewan seperti semut, kecoa serta tikus serta dapat menimbulkan bau
yang tidak sedap sehingga mengganggu teman disekitar Nabil.
Nabil : Iya bu. Maaf, saya
tidak akan mengulanginya lagi dan berusaha untuk lebih rajin membuang sampah
dan menjaga kebersihan lingkungan kelas bu.
3. menanyakan keyakinan
Guru : Nabil, masih ingat
tidak waktu awal pembelajaran kita membuat keyakinan kelas bersama tentang cara
menjaga kebersihan kelas. Keyakinan kelas apa yang sudah kita sepakati?
Nabil : Ingat ibu...
keyakinan kelas bahwa kita harus membuang sampah di tempat sampah yang sudah
disediakan disetiap kelas bu.
Guru : Ibu percaya Nabil
dapat mempraktikkan keyakinan kelas kita dengan baik.
Nabil : Siap
ibu, Saya pasti bisa.
Guru : Jadi menurut
Nabil, solusi selanjutnya supaya kebersihan kelas kita selalu terjaga seperti
apa?
Nabil : Setiap sehabis
jajan, bungkus makanan harus segera dibuang bu serta apabila melihat sampah
harus langsung dibuang ketempat sampah.
Guru : Baik Nabil karena
kamu sudah menyadari kesalahanmu dan menyadari bahwa menjaga kebersihan
lingkungan itu sangat penting, kamu boleh kembali ke kelas sekarang. (sambal
tersenyum)
Nabil : baik bu. Terima
kasih banyak mulai sekarang saya akan lebih menjaga kebersihan lingkungan kelas
dan sekolah (dengan semangat)
Tanggapan murid Kasus 1
Assalamualaikum, saya Nabil dari
kelas 8 SMPN 14 Palembang setelah melaksanakan segitiga restitusi bersama ibu
Sri Maryati saya merasa lega dan senang karena saya akhirnya bisa terbiasa
membuang sampah di tempat sampah dan menjaga kebersihan meja saya serta
lingkungan di sekitar saya. Saya menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab
dan menghargai lingkungan sekitar
Skenario kasus 2
Pada jam pelajaran bahasa Inggris
untuk siswa kelas 8 di saat guru memberikan kuis berupa pertanyaan-pertanyaan
secara lisan yang dapat dijawab murid secara rebutan tetapi sesuai dengan
kesepakatan kelas apabila ingin menjawab harus mengangkat tangan terlebih
dahulu, setelah disebut namanya baru menjawab. Salah satu murid bernama Aletta
selalu menjawab pertanyaan duluan tanpa menunjuk tangan sehingga siswa lain
tidak mempunyai kesempatan untuk menjawab dan hal itu terjadi beberapa kali.
Kemudian sebagai guru yang sedang mengajar Ibu Sri Maryati menetapkan praktik
segitiga restitusi untuk menyelesaikan kasus yang sedang terjadi pada Aletta. Selanjutnya
Ibu Sri Maryati memanggil untuk menanyakan beberapa hal dengan tujuan adanya
perubahan positif pada Aletta sehingga Aletta dapat menghargai murid lain
dengan memberikan kesempatan kepada murid lain untuk menjawab. Lalu akan
mengangkat tangan apabila ingin menjawab sesuai dengan kesepakatan pembelajaran
di dalam kelas.
Kasus 2
(Di dalam kelas)
Pada pembelajaran Bahasa Inggris
kelas 8 di SMPN 14 Palembang
1. Menstabilkan identitas
Guru menyapa siswa
Guru : Good morning everyone? How are
youn doing today?
Setelah itu guru memberikan quiz berupa
beberapa pertanyaan rebutan tentang mengidentifikasi benda. Sebelumnya guru
mengingatkan mengenai kesepakatan kelas bahwa apabila ingin bertanya harus
mengangkat tangan terlebih dahulu dan setelah disebut namanya baru menjawab.
Contoh pertanyaan yang diberikan guru:
Guru : What is the things? It it a fruit
the colour sometimes yellow and sometimes green, the shape is like a star?
Aletta : Starfruit (belimbing)
Aletta beberapa kali menjawab tanpa
menunjuk tangan, sehingga siswa lain tidak berkesempatan untuk menjawab.
Guru
: Aletta, Ibu mengerti bahwa Aletta memahami dan mengetahui tentang
pertanyaan ibu serta jawabannya, tetapi murid yang lain juga ingin mempunyai
kesempatan menjawab yang sama dengan Aletta.
Aletta : iya ibu, maafkan
saya ya bu, saya akan menunjuk tangan sebelum menjawab dan menunggu nama saya
dipanggil baru menjawab.
(Di ruang guru)
2. validasi tindakan yang
salah
Guru: Apakah Aletta tahu mengapa ibu memanggil Aletta kesini?
Aletta: Tahu bu, karena tadi saya melakukan kesalahan dikelas menjawab tanpa
mengangkat tangan terlebih dahulu dan tanpa menunggu nama saya dipanggil untuk
menjawab.
Guru
: Aletta pasti punya alasan mengapa ingin selalu duluan menjawab tanpa
memberi kesempatan murid lain?
Aletta
: Iya bu, alasan saya adalah saya ingin mendapatkan nilai terbaik di
kelas bu serta biar ibu tahu bahwa saya bisa menjawab semua pertanyaan ibu.
Guru
: Tetapi apakah Aletta tidak tahu bahwa teman teman yang lain juga mempunyai
hak yang sama dengan Aletta, mereka juga ingin menjawab pertanyaan dari ibu dan
mendapatkan nilai.
Aletta : Ya bu. Maaf bu
saya tidak akan mengulanginya lagi dan berusaha untuk bersikap lebih baik lagi
dengan tidak merebut kesempatan teman lain untuk menjawab. (sambil menunduk
mengakui kesalahannya)
3. menanyakan keyakinan
Guru : Aletta, masih
ingat tidak waktu awal pembelajaran kita membuat keyakinan kelas bersama
tentang cara menjawab pertanyaan apalagi mengenai pertanyaan rebutan. Keyakinan
kelas apa yang sudah kita sepakati?
Aletta : Ingat ibu...
keyakinan kelas bahwa setiap murid yang ingin menjawab pertanyaan harus
mengangkat tangan terlebih dahulu bu setelah itu menjawab apabila nama kita
yang dipanggil bu.
Guru : Ibu percaya Aletta
dapat mempraktikkan keyakinan kelas kita dengan baik.
Aletta : Siap
bu, insyaAlloh.
Guru : Jadi menurut Aletta,
solusi selanjutnya supaya teman lain mempunyai kesempatan menjawab yang sama
seperti apa?
Aletta : Kalau ingin
menjawab harus mengangkat tangan, setelah ibu sebut namanya baru menjawab
bu.
Guru : Baik Aletta karena
kamu sudah menyadari kesalahanmu dan menyadari bahwa banyak cara lain untuk
mendapatkan nilai tanpa harus merebut kesempatan teman. Kamu boleh kembali ke
kelas.
Aletta : baik bu. Terima
kasih banyak mulai sekarang saya akan lebih menghargai teman-teman di kelas bu
(dengan semangat)
Tanggapan murid kasus 2
assalamualaikum Nama saya Aletta
kelas 8 SMP Negeri 14 Palembang setelah mengadakan segitiga restitusi bersama
Maam Sri Maryati Saya merasa senang karena saya akhirnya bisa menyadari bahwa
apa yang saya yakini itu salah dan saya merasa lebih bisa menghargai orang lain
demi kepentingan bersama.
Demontrasi Kontektual penerapan segitiga restitusi dapat dilihat melalui video berikut ini
KESIMPULAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.1, 1.2 DAN 1.3
"VISI YANG SESUAI DENGAN FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA TENTU DAPAT DIWUJUDKAN DENGAN NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK YANG DIMILIKI TENTULAH HARUS TERUKUR, KONKRET, SISTEMATIS DAN TERENCANA, OLEH KARENA ITU PERLU MELALUI RANCANGAN INQUIRY APRESIASIF DENGAN TAHAPAN BAGJA"
Setelah memahami bagaimana Filosofi pendidikan Ki Hadjar sebagai landasan pedagogis dalam melakukan perubahan menuntun anak didik sesuai kodrat nya, dengan melaksanakan nilai dan peran guru penggerak yang selalu berpihak pada anak didik. Maka untuk melaksanakan perubahan pola didik kita dari pola lama menuju pola didik yang sesuai Filosofi Ki Hajar Dewantara. Perlu sebuah strategi yang tepat untuk Mewujudkan perubahan. Pada modul 1.3 itu para CGP diperkenalkan dengan strategi untuk mengelola perubahan tersebut yang dikenal dengan Pendekatan Inkuiri Apresiatif.
Untuk lebih lengkapnya mengenai pembahasan Koneksi Antar Materi modul 1.3.a.8 adalah melalui video dibawah ini :
Atau dapat juga dilihat melalui link berikut ini :