Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Assalamualaikum
wr.wb. Saya Sri Maryati, Calon Guru
Penggerak Angkatan 7 dari SMP Negeri 14 Kota Palembang. Sebelumnya Saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yang selalu membimbing,
mengarahkan dan memberikan support kepada saya yaitu Bapak Jufri Taha, M.Pd Gr
dan juga kepada Pengajar Praktik saya Ibu Ria Juniarti, S.Pd Gr.
Kali
ini saya akan membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat
10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu persatu.
1. Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh
terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?
Filosofi
Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh
yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD
berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau
contoh praktik baik kepada murid.Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang
guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap
Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid
untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya
secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju
kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri
Handayani. Artinya dari belakang hendaknya memberikan dukungan. Intinya
kita sebagai seorang guru harus bia memberikan dukungan, arahan dan bimbingan
kepada para siswa. Guru bertugas menyemangati siswa.
Sebagai
seorang guru dalam mendukung kreatifitas siswa serta menggali potensinya kita
harus mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan berlandaskan kepada 4
paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengambilan keputusan
agar mereka meraih merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.
2.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap
guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.
Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan
pembelajaran yang berpihak pada murid.
Nilai-nilai
yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang
tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut
merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang
menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan
rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada
dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita
berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Proses
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran
diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan
sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri
handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi
semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang
tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan.
Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak
akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan.
Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan
dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan
Keputusan
tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang
dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan
kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang
mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Prinsip
– prinsip yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusn yaitu :
a.
Berpikir berbasis hasil akhir ( End based thinking)
b.
Berpikir berbasis peraturan ( Rule based thinking)
c. Berpikir
berbasis rasa perduli (Care based thinking)
Dalam
setiap pengambilan keputusan yang kita ambil aka nada konsekuensi yang
mengikuti serta keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang berpihak
kepada siswa.
3.
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu
oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching
adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang
sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki
orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah
apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis.
Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan
langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap
keputusan yang kita ambil.
Sebagai
pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini sangat membantu
dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membentu
pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh
praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di
sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan etika,
nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid
dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dengan
kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman sehingga
coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan
berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan hambatan – hambatan dan dapat
menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi penedengar yang baik.
Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat
meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan
coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan
coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya
dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai
dengan kodrat zaman dan kodrat alam..
TIRTA merupakan
model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA
menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat
tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih
merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam
Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model
GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan):
coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi
coaching ini,
Reality (Hal-hal
yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan):
coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi
yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan
untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan
menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T :
Tujuan
I :
Identifikasi
R :
Rencana aksi
TA:
Tanggung jawab
4.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Sebagai
seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya
belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan
pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing.
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan
murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan
agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan
dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas
maupun di sekolah.
Dengan
simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita
dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam
pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang
inifatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan
keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid,
berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika
yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs
kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga
berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil
akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta
dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut
yaitu:
~Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
~Menentukan
siapa saja yang terlibat
~Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan
~Pengujian
benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi,
uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
~Pengujian
paradigma benar lawan benar
~Prinsip
Pengambilan Keputusan
~Investigasi
Opsi Trilemma
~Buat
Keputusan
~Tinjau
lagi keputusan Anda dan refleksikan
5.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika
kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Keberpihakan
dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang
mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang
mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan
tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika
ataukah bujukan moral.
Empati
dan simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma
dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih
bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness)
akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat
melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat
dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan
yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir
kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
Seorang
pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral
dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai
yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam
mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif
maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan
dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan
kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung
hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.
Kita
tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif,
mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai
tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau
etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
6.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan
keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya
dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara
akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah
tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua
kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan
yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi
situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak
berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar
norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan
dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan
berkarakter.
7.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit
dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Jawaban
saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya
sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem
yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang
tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah
berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang
diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak
kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.
Juga
dalam pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana
yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan
kondisi yang ada. Namun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan
kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam
pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika adalah tidak dapat
memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan bagi saya. Namun 9
langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalkan
perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua
pihak.
8.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini
dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Menurut
pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil,
apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang
metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang
sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid
dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi
dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak
kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka
kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid
tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
9.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Ketika
guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang
memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan
belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil
keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka
akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat
dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan
yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi
apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di
masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak
diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan
murid-murid.
Setiap
pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang
bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model
bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil
keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang
pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar
salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji
publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan
kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.
10.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi
ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimplan
yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul
sebelumnya adalah :
Pengambilan
keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan
harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai
pemimpin pembelajaran.
Pengambilan
keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang
akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Dalam
pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam
perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan
bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan
pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar
keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran
diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan
pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat
dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu
implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan
dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai
positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.
11.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di
modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan
keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? Yang
saya fahami dari konsep-konsep modul ini adalah Ada 4 paradigma
pengambilan keputusan
Individu
lawan masyarakat
kebenaran
lawan kesetiaan
keadilan
VS belas kasihan
Jangka
Pendek VS jangka panjang
Ada
3 prinsip mengambil keputusan
berfikir
berbasis akhir
berfikir
berbasi aturan
berfikir
berbasi rasa peduli
Ada
9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan
Mengenali
bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini
Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
Pengujian
benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji
panutan/idola)
Pengujian
paradigma benar atau salah
Prinsip
pengambilan keputusan
Investigasi
tri lema
Buat
keputusan
meninjau
kembali keputusan dan refleksikan
Hal-hal
yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan
bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma,
3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini
saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil
perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.
12.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan
sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya
dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum
mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi
dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan
yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi
dan tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul
ini saya belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat
karena ada 5 uji benar vs benar.
13.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi
pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran modul ini?
Banyak
sekali ilmu yang saya terima dan akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa
yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi
pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa
pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang
menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual
vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga
saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan.
Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik
sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di
sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan
keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.
14.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu
dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Bagi
saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah
guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan
yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai
perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar
Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat
mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu
mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3
prinsip penyelesaian dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan
prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir
berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya,
berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang
mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip
berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan
dengan golden rule . Demikian koneksi antar materi yang saya
paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon
masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan. Saya berharap selalu dapat
memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan
menghianati hasil. Guru tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak
Indonesia maju.
Demikian
koneksi antar materi modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin
Pembelajaran, Terimakasih 😊.